BAB
V FUNGSI DAN PRINSIP-PRINSIP BIMBINGAN DAN KONSELING
A.
Fungsi
Bimbingan dan Konseling
1.
Fungsi Pemahaman
a.
Pemahaman Tentang Klien
Pemahaman
tentang klien merupakan titik tolak upaya pemberian bantuan terhadap klien.
Pemahaman tidak hanya sekadar mengenal diri klien, melainkan labih jauh lagi,
yaitu pemahaman yang menyangkut latar belakang pribadi klien, kakuatan dan
kelemahannya, serta kondisi lingkungannnya. Pemahaman diri klien yang pertama
adalah klien itu sendiri. Pemahaman tentang diri klien perlu bagi pihak-pihak
lain khususnya pihak yang berkepentingan dengan perkembangan dan kebahagiaan
hidup klien. Pihak lain yang sangat berkepantingan dengan pemahaman terhadap
klien adalah konselor. Pemahaman konselor terhadap klien dipergunakan oleh
konselor baik untuk secara langsung membantu klien dalam pelayanan bimbingan
konseling lebih lanjut, maupun sebagai bahan acuan utama dalam rangka kerjasama
denagn pihak-pihak lain dalam membantu klien.
b.
Pemahaman Tentang
Masalah Klien
Selain
konselor, pihak-pihak lain yang amat berkepentinagn dengan pemahaman masalah
klien adalah klien itu sendiri, orang tua, dan guru (khususnya bagi siswa di
sekolah). Klien amat perlu memahami masalah yang dialaminya, sebab dengan
memahami masalahnya itu ia memiliki dasar bagi upaya yang akan ditempuhnya
untuk mengatasi masalahnya.
c.
Pemahaman Tentang
Lingkungan yang “Lebih Luas”
Beberapa
jenis lingkungan yang “lebih luas”, seperti lingkungan sekolah bagi para siswa,
lingkungan kerja dan industri bagi para karyawan, dan lingkungan-lingkungan
kerja bagi individu-individu sesuai dengan sangkut-paut masing-masing. Termasuk
ke dalam lingkungan yang lebih luas adalah berbagai informasi yang diperlukan
oleh individu, seperti informasi pendidikan dan jabatan bagi para siswa,
informasi promosi dan pendidikan lebih lanjut bagi para karyawan, dsb.
2.
Fungsi Pencegahan
a. Pengertian
Pencegahan
Dalam
dunia kesehatan mental “pencegahan” didefinisikan sebagai upaya mempengaruhi
dengan cara yang positif dan bijaksana lingkunagn yang dapat menimbulkan
kesulitan atau kerugian sebelum kesulitan atau kerugian itu benar-banar terjadi
(Horner & McElhaney, 1993).
b. Upaya
Pencegahan
1)
Mendorong perbaikan
lingkungan yang kalau diberikan akan berdampak negatif terhadap individu yang
bersangkutan.
2)
Mendorong perbaikan
kondisi diri pribadi klien.
3)
Meningkatkan kemampuan
individu untuk hal-hal yang diperlukan dan mempengaruhi perkembangan dan
kehidupannya.
4)
Mendorong individu
untuk tidak melakukan sesuatu yang akan memberikan risiko yang besar, dan
melakukan sesuatu yang akan memberikan manfaat.
5)
Menggalang dukungan
kelompok terhadap individu yang bersangkutan.
3.
Fungsi Pengentasan
a.
Langkah-langkah
pengentasan masalah
Upaya
pengentasan masalah pada dasarnya dilakukan secara perorangan, sebab setiap
masalah adalah unik. Masalah yang dialami individu adalah berbeda dan tidak
boleh disamaratakan. Dengan demikian penanganannya pun juga berbeda.
b.
Pengentasan masalah
berdasarkan diagnosis
Ada
tiga dimensi diagnosis, yaitu: diagnosis mental/psikologis, diagnosis
sosio-emosional, dan diagnosis instrumental.
c.
Pengentasan masalah
berdasarkan teori konseling
Sejumlah
ahli telah mengantarkan berbagai teori konseling, antara lain teori
ego-counseling, pendekatan transactional analysis, pendekatan konseling
berdasarkan self-theory, gestalt counseling, pendekatan konseling yang bersifat
behavioristik, pendekatan rasional dalam bentuk Reality Therapy dan Rational
Emotive Therapy.
4.
Fungsi Pemeliharaan dan
Pengembangan
Fungsi
pemeliharaan berarti memelihara segala sesuatu yang baik yang ada pada diri
individu, baik hal yang merupakan pembawaan maupun hasil-hasil perkembangan
yang telah dicapai. Dalam pelayanan bimbingan dan konseling, fungsi
pemeliharaan dan pengembangan dilaksanakan melalui berbagai pengaturan,
kegiatan, dan program. Misalnya disekolah, bentuk dan ukuran meja dan kursi
disesuaikan dengan ukuran dan sikap tubuh yang diharapkan.
B. Prinsip-Prinsip
Bimbingan dan Konseling
Dalam
pelayanan bimbingan dan konseling prinsip-prinsip yang digunakan bersumber dari
kajian filosofis, hasil-hasil penelitian dan pengalaman praktis tentang hakikat
manusia, perkembangan dan kehidupan manusia dalam konteks sosial budayanya,
pengertian, tujuan, fungsi, dan proses penyelenggaraan bimbingan dan konseling.
1.
Prinsip-prinsip
berkenaan dengan sasaran pelayanan.
2.
Prinsip-prinsip
berkenaan dengan masalah individu.
3.
Prinsip-prinsip
berkenaan dengan program pelayanan.
4.
Prinsip-prinsip
berkenaan dengan pelaksanaan layanan.
5.
Prinsip-prinsip
bimbingan dan konseling di sekolah.
Prinsip-prinsip
bimbingan dan konseling merupakan pemaduan hasil-hasil teori dan praktek yang
dirumuskan dan dijadikan pedoman dan dasar bagi penyelenggaraan pelayanan.
Konselor terikat oleh prinsip-prinsip tersebut, di sekolah maupun di luar
sekolah.
~
~ 000 ~ ~
BAB VI ORIENTASI DAN
RUANG LINGKUP KERJA BIMBINGAN DAN KONSELING
A. Orientasi Bimbingan dan
Konseling
1.
Orientasi Perseorangan
Orientasi
perseorangan berarti pusat perhatian dan titik berat pelayanan bimbingan dan
konseling diarahkan kepada orang perorang sasaran layanan.
2.
Orientasi Perkembangan
Orientasi
perkembangan melihat sasaran layanan sebagai individu yang sedang berkembang.
Pelayanan bimbingan dan konseling justru melayani perkembangan itu, agar
perkembangan itu berjalan melalui tahap-tahap secara lancar dan mencapai
tugas-tugas secara optimal sesuai dengan tahap-tahap perkembangan.
3.
Orientasi Permasalahan
Orientasi
permasalahan bermaksud mengarahkan perhatian konselor kepada kemungkinan adanya
masalah pada diri sasaran layanan, dan jika ternyata masalah itu memang ada,
layanan bimbingan dan konseling berusaha mengentaskannya.
B. Ruang Lingkup Pelayanan
Bimbingan dan Konseling
1.
Pelayanan Bimbingan
Konseling Di Sekolah
Di
sekolah, pelayanan bimbingan dan konseling merupakan bidang pelayanan pokok di
samping dua bidang pelayanan lainnya, yaitu bidang pelayanan kurikulum dan
pengajaran serta bidang administrasi dan pengelolaan. Pelayanan bimbingan dan
konseling di sekolah memberikan perhatian utama dan menyelenggarakan pelayanan
yang secukup-cukupnya untuk para siswa agar mereka mampu berkembang dan belajar
secara optimal. Konselor sekolah merupakan tenaga utama dan inti serta ahli
dalam pelayanan bimbingan dan konseling.
2.
Pelayanan Bimbingan
Konseling Di Luar Sekolah
Di
luar sekolah pelayanan bimbingan dan konseling diselenggarakan di dalam
keluarga dan di lembaga-lembaga serta bidang-bidang lain dalam masyarakat luas.
Dala kaitan itu, konselor berada di mana-mana, bekerja diberbagai lembaga dalam
berbagai bidang kehidupan, bekerja sama dengan berbagai pihak, dan menawarkan
jasa bimbingan dan konseling secara luas dalam masyarakat.
~
~ 000 ~ ~
BAB VII JENIS LAYANAN DAN KEGIATAN BIMBINGAN DAN
KONSELING
A.
Layanan
Orientasi
Layanan orientasi
adalah layanan bimbingan yang dilakukan untuk memperkenalkan siswa baru dan
atau seseorang terhadap lingkunagn yang baru dimasukinya.
1. Layanan
Orientasi Di Sekolah
Untuk lingkungan
sekolah, materi orientasi yang mendapat penekanan adalah:
a. Sistem
penyelenggaraan pendidikan pada umumnya.
b. Kurikulum
yang ada.
c. Penyelenggaraan
pengajaran.
d. Kegiatan
belajar siswa yang diharapkan.
e. Sistem
penilaian, ujian dan kenaikan kelas.
f. Fasilitas
dan sumber belajar yang ada.
g. Fasilitas
penunjang.
h. Staf
pengajar dan tata usaha.
i. Hak
dan kewajiban siswa.
j. Organisasi
siswa.
k. Organisasi
orang tua siswa.
l. Organisasi
sekolah secara menyeluruh.
2. Metode
Layanan Orientasi Sekolah
Untuk anak-anak yang
segera akan memasuki SLTP, Allen & McKean menyarankan beberapa kegiatan:
a. Kunjunagn
ke SD pemasok.
b. Kunjungan
ke SLTP pemesan.
c. “Malam”
pertemuan dengan orang tua.
d. Staf
konselor bertemu dengan guru membicarakan siswa-siswa baru.
e. Mengunjungi
kelas.
f. Memanfaatkan
siswa-senior.
3. Layanan
Orientasi Di Luar Sekolah
Cara penyajian orientasi
di luar sekolah sangat tergantung pada jenis orientasi yang diperlukan dan
siapa yang memerlukannya. Lembaga-lembaga seperti “Badan Penasihat Perkawinan”,
“Pusat Rehabilitasi Narapidana”, “Pusat Orientasi Tenaga Kerja”, dll dapat
dibentuk dan konselor menjadi tenaga ahli serta penggerak lembaga bantuan
khusus di masyarakat.
B.
Layanan
Informasi
Ada 3 alasan utama
mengapa pemberian informasi perlu diselenggarakan. Pertama, membekali individu dengan berbagai pengetahuan tentang
lingkungan yang diperlukan untuk memecahkan masalah yang dihadapi berkenaan
dengan lingkungan sekitar, pendidikan, jabatan, maupun sosial-budaya. Kedua, memungkinkan individu dapat
menentukan arah hidupnya “ke mana dia ingin pergi”. Ketiga, setiap individu adalah unik. Keunikan itu akan membawakan
pola-pola pengambilan keputusan dan bertindak yang berbeda-beda disesuikan
dengan aspek-aspek kepribadian masing-masing individu.
1. Jenis-Jenis
Informasi
a. Informasi
pendidikan
b. Informasi
jabatan
c. Informasi
sosial budaya
2. Metode
layanan informasi di sekolah
Pemberian informasi
kepada siswa dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti metode ceramah,
diskusi panel, wawancara, karyawisata, alat-alat peraga dan alat-alat bantu
lainnya, buku panduan, kegiatan sanggar karier, dan sosiodrama.
3. Layanan
Informasi Di Luar Sekolah
Layanan informasi juga
banyak diperlukan oleh warga masyrakat di luar sekolah. Jenis-jenis informasi
yang diperlukan diantaranya, informasi berkenaan dengan penghidupan yang lebih
luas, yaitu perikehidupan beragama, berkeluarga, bekerja, bermasyarakat, dan
bernegara dapat merupakan kebutuhan banyak warga masyarakat.
C.
Layanan
Penempatan dan Penyaluran
1. Penempatan
dan Penyaluran Siswa di Sekolah
Penempatan dan
penyaluran siswa di sekolah berupa: (a) Penempatan siswa di dalam kelas, (b)
Penempatan dan penyaluran kedalam kelompok-kelompok belajar, (c) Penempatan dan
penyaluran ke dalam kegiatan ko/ekstra kurikuler, (d) Penempatan dan penyaluran
ke jurusan/program studi.
2.
Penempatan dan
Penyaluran Lulusan
Penempatan
dan penyaluran lulusan ada dua yaitu, penempatan dan penyaluran ke dalam
pendidikan lanjutan dan penempatan dan penyaluran ke dalam jabatan/pekerjaan.
D. Layanan Bimbingan
Belajar
Layanan
bimbingan belajar dilaksanakan melalui tahap-tahap: (a) pengenalan siswa yang mengalami
masalah belajar, (b) pengungkapan sebab-sebab timbulnya masalah belajar, (c)
pemberian bantuan pengentasan masalah belajar.
1.
Pengenalan Siswa yang Mengalami Masalah
Belajar
Masalah
belajar memiliki bentuk yang banyak ragamnya, dapat digolongkan: keterlambatan
akademik, ketercepatan dalam belajar, sangat lambat dalam belajar, kurang
motivasi dalam belajar, bersikap dan berkebiasaan buruk dalam belajar.
2.
Upaya Membantu Siswa
yang Mengalami Masalah Belajar
Beberapa
upaya yang dapat dilakukan yaitu: (a) pengajaran perbaikan, (b) kegiatan
pengayaan, (c) peningkatan motivasi belajar, (d) pengembangan sikap dan
kebiasaan belajar yang efektif.
E.
Layanan
Konseling Perorangan
Pada
bagian ini konseling dimaksudkan sebagai pelayanan khusus dalam hubungan
langsung tatap muka antar konselor dan klien. Dalam hubungan itu masalah klien
dicermati dan diupayakan pengentasannya, sedapat-dapatnya dengan kekuatan klien
sendiri.
F.
Layanan
Bimbingan dan Konseling Kelompok
Bimbingan
dan konseling kelompok mengarahkan layanan kepada sekelompok individu. Dengan
satu kali kegiatan, layanan kelompok itu memberikan manfaat atau jasa kepada
sejumlah orang.
G.
Kegiatan
Penunjang
Alat
dan kelengkapan yang paling handal dimiliki oleh konselor untuk menjalankan
tugas-tugas pelayanannya ialah mulut dan berbagai keterampilan komunikasi baik
verbal maupun non-verbal.
~
~ 000 ~ ~
BAB VIII BIMBINGAN DAN
KONSELING SEBAGAI PROFESI
A.
Pengertian
dan Ciri-ciri Profesi
Berkaitan
dengan “profesi” ada beberapa istilah yang hendaknya tidak dicampuradukkan,
yaitu profesi, profesional, profesionalisme, profesionalitas, dan
profesionalisasi. Suatu jabatan atau pekerjaan disebut profesi apabila ia
memiliki syarat-syarat atau ciri-ciri seperti suatu profesi merupakan suatu
jabatan/ pekerjaan yang memiliki fungsi dan kebermaknaan sosial yang sangat
menentukan.
B.
Pengembangan
Profesi Bimbingan dan Konseling
Pengembangan
profesi bimbingan dan konseling antara lain melalui (a) standardisasi untuk
kerja profesional konselor, (b) standardisasi penyiapan konselor, (c)
akreditasi, (d) stratifikasi, (e) pengembangan organisasi profesi.
C.
Perkembangan
Gerakan Bimbingan di Indonesia
Pembangunan
dan pembaruan di bidang pendidikan tidak hanya berlangsung pada tingkat
pendidikan dasar, tetapi juga pada tingkat pendidikan menengah dan perguruan
tinggi. Pada 1960 (tepat tanggal 20-24 Agustus 1960) diadakan konferensi
fakultas keguruan dan ilmu pendidikan di Malang untuk membantu masalah
tersebut. Salah satu hasil dari konferensi itu ialah dimasukkannya ke dalam
dunia pendidikan di Indonesia yaitu “bimbingan dan konseling”. Inilah langkah
awal perkembangan bimbingan dan konseling di Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar