Kamis, 27 November 2014

LANJUTAN RESUMAN DASAR-DASAR BIMBINGAN DAN KONSELING (BAB V-VIII)



BAB V FUNGSI DAN PRINSIP-PRINSIP BIMBINGAN DAN KONSELING

A.  Fungsi Bimbingan dan Konseling
1.    Fungsi Pemahaman
a.    Pemahaman Tentang Klien
Pemahaman tentang klien merupakan titik tolak upaya pemberian bantuan terhadap klien. Pemahaman tidak hanya sekadar mengenal diri klien, melainkan labih jauh lagi, yaitu pemahaman yang menyangkut latar belakang pribadi klien, kakuatan dan kelemahannya, serta kondisi lingkungannnya. Pemahaman diri klien yang pertama adalah klien itu sendiri. Pemahaman tentang diri klien perlu bagi pihak-pihak lain khususnya pihak yang berkepentingan dengan perkembangan dan kebahagiaan hidup klien. Pihak lain yang sangat berkepantingan dengan pemahaman terhadap klien adalah konselor. Pemahaman konselor terhadap klien dipergunakan oleh konselor baik untuk secara langsung membantu klien dalam pelayanan bimbingan konseling lebih lanjut, maupun sebagai bahan acuan utama dalam rangka kerjasama denagn pihak-pihak lain dalam membantu klien.
b.    Pemahaman Tentang Masalah Klien
Selain konselor, pihak-pihak lain yang amat berkepentinagn dengan pemahaman masalah klien adalah klien itu sendiri, orang tua, dan guru (khususnya bagi siswa di sekolah). Klien amat perlu memahami masalah yang dialaminya, sebab dengan memahami masalahnya itu ia memiliki dasar bagi upaya yang akan ditempuhnya untuk mengatasi masalahnya.
c.    Pemahaman Tentang Lingkungan yang “Lebih Luas”
Beberapa jenis lingkungan yang “lebih luas”, seperti lingkungan sekolah bagi para siswa, lingkungan kerja dan industri bagi para karyawan, dan lingkungan-lingkungan kerja bagi individu-individu sesuai dengan sangkut-paut masing-masing. Termasuk ke dalam lingkungan yang lebih luas adalah berbagai informasi yang diperlukan oleh individu, seperti informasi pendidikan dan jabatan bagi para siswa, informasi promosi dan pendidikan lebih lanjut bagi para karyawan, dsb.
2.    Fungsi Pencegahan
a.    Pengertian Pencegahan
Dalam dunia kesehatan mental “pencegahan” didefinisikan sebagai upaya mempengaruhi dengan cara yang positif dan bijaksana lingkunagn yang dapat menimbulkan kesulitan atau kerugian sebelum kesulitan atau kerugian itu benar-banar terjadi (Horner & McElhaney, 1993).
b.    Upaya Pencegahan
1)   Mendorong perbaikan lingkungan yang kalau diberikan akan berdampak negatif terhadap individu yang bersangkutan.
2)   Mendorong perbaikan kondisi diri pribadi klien.
3)   Meningkatkan kemampuan individu untuk hal-hal yang diperlukan dan mempengaruhi perkembangan dan kehidupannya.
4)   Mendorong individu untuk tidak melakukan sesuatu yang akan memberikan risiko yang besar, dan melakukan sesuatu yang akan memberikan manfaat.
5)   Menggalang dukungan kelompok terhadap individu yang bersangkutan.
3.    Fungsi Pengentasan
a.    Langkah-langkah pengentasan masalah
Upaya pengentasan masalah pada dasarnya dilakukan secara perorangan, sebab setiap masalah adalah unik. Masalah yang dialami individu adalah berbeda dan tidak boleh disamaratakan. Dengan demikian penanganannya pun juga berbeda.
b.    Pengentasan masalah berdasarkan diagnosis
Ada tiga dimensi diagnosis, yaitu: diagnosis mental/psikologis, diagnosis sosio-emosional, dan diagnosis instrumental.
c.    Pengentasan masalah berdasarkan teori konseling
Sejumlah ahli telah mengantarkan berbagai teori konseling, antara lain teori ego-counseling, pendekatan transactional analysis, pendekatan konseling berdasarkan self-theory, gestalt counseling, pendekatan konseling yang bersifat behavioristik, pendekatan rasional dalam bentuk Reality Therapy dan Rational Emotive Therapy. 
4.    Fungsi Pemeliharaan dan Pengembangan
Fungsi pemeliharaan berarti memelihara segala sesuatu yang baik yang ada pada diri individu, baik hal yang merupakan pembawaan maupun hasil-hasil perkembangan yang telah dicapai. Dalam pelayanan bimbingan dan konseling, fungsi pemeliharaan dan pengembangan dilaksanakan melalui berbagai pengaturan, kegiatan, dan program. Misalnya disekolah, bentuk dan ukuran meja dan kursi disesuaikan dengan ukuran dan sikap tubuh yang diharapkan.
B.  Prinsip-Prinsip Bimbingan dan Konseling
Dalam pelayanan bimbingan dan konseling prinsip-prinsip yang digunakan bersumber dari kajian filosofis, hasil-hasil penelitian dan pengalaman praktis tentang hakikat manusia, perkembangan dan kehidupan manusia dalam konteks sosial budayanya, pengertian, tujuan, fungsi, dan proses penyelenggaraan bimbingan dan konseling.
1.    Prinsip-prinsip berkenaan dengan sasaran pelayanan.
2.    Prinsip-prinsip berkenaan dengan masalah individu.
3.    Prinsip-prinsip berkenaan dengan program pelayanan.
4.    Prinsip-prinsip berkenaan dengan pelaksanaan layanan.
5.    Prinsip-prinsip bimbingan dan konseling di sekolah.
Prinsip-prinsip bimbingan dan konseling merupakan pemaduan hasil-hasil teori dan praktek yang dirumuskan dan dijadikan pedoman dan dasar bagi penyelenggaraan pelayanan. Konselor terikat oleh prinsip-prinsip tersebut, di sekolah maupun di luar sekolah.
~ ~ 000 ~ ~

BAB VI ORIENTASI DAN RUANG LINGKUP KERJA BIMBINGAN DAN KONSELING

A.  Orientasi Bimbingan dan Konseling
1.    Orientasi Perseorangan
Orientasi perseorangan berarti pusat perhatian dan titik berat pelayanan bimbingan dan konseling diarahkan kepada orang perorang sasaran layanan.
2.    Orientasi Perkembangan
Orientasi perkembangan melihat sasaran layanan sebagai individu yang sedang berkembang. Pelayanan bimbingan dan konseling justru melayani perkembangan itu, agar perkembangan itu berjalan melalui tahap-tahap secara lancar dan mencapai tugas-tugas secara optimal sesuai dengan tahap-tahap perkembangan.
3.    Orientasi Permasalahan
Orientasi permasalahan bermaksud mengarahkan perhatian konselor kepada kemungkinan adanya masalah pada diri sasaran layanan, dan jika ternyata masalah itu memang ada, layanan bimbingan dan konseling berusaha mengentaskannya.
B.   Ruang Lingkup Pelayanan Bimbingan dan Konseling
1.    Pelayanan Bimbingan Konseling Di Sekolah
Di sekolah, pelayanan bimbingan dan konseling merupakan bidang pelayanan pokok di samping dua bidang pelayanan lainnya, yaitu bidang pelayanan kurikulum dan pengajaran serta bidang administrasi dan pengelolaan. Pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah memberikan perhatian utama dan menyelenggarakan pelayanan yang secukup-cukupnya untuk para siswa agar mereka mampu berkembang dan belajar secara optimal. Konselor sekolah merupakan tenaga utama dan inti serta ahli dalam pelayanan bimbingan dan konseling.
2.    Pelayanan Bimbingan Konseling Di Luar Sekolah
Di luar sekolah pelayanan bimbingan dan konseling diselenggarakan di dalam keluarga dan di lembaga-lembaga serta bidang-bidang lain dalam masyarakat luas. Dala kaitan itu, konselor berada di mana-mana, bekerja diberbagai lembaga dalam berbagai bidang kehidupan, bekerja sama dengan berbagai pihak, dan menawarkan jasa bimbingan dan konseling secara luas dalam masyarakat.
~ ~ 000 ~ ~

BAB VII JENIS LAYANAN DAN KEGIATAN BIMBINGAN DAN KONSELING

A.  Layanan Orientasi
Layanan orientasi adalah layanan bimbingan yang dilakukan untuk memperkenalkan siswa baru dan atau seseorang terhadap lingkunagn yang baru dimasukinya.
1.    Layanan Orientasi Di Sekolah
Untuk lingkungan sekolah, materi orientasi yang mendapat penekanan adalah:
a.    Sistem penyelenggaraan pendidikan pada umumnya.
b.    Kurikulum yang ada.
c.    Penyelenggaraan pengajaran.
d.   Kegiatan belajar siswa yang diharapkan.
e.    Sistem penilaian, ujian dan kenaikan kelas.
f.     Fasilitas dan sumber belajar yang ada.
g.    Fasilitas penunjang.
h.    Staf pengajar dan tata usaha.
i.      Hak dan kewajiban siswa.
j.      Organisasi siswa.
k.    Organisasi orang tua siswa.
l.      Organisasi sekolah secara menyeluruh.
2.    Metode Layanan Orientasi Sekolah
Untuk anak-anak yang segera akan memasuki SLTP, Allen & McKean menyarankan beberapa kegiatan:
a.    Kunjunagn ke SD pemasok.
b.    Kunjungan ke SLTP pemesan.
c.    “Malam” pertemuan dengan orang tua.
d.   Staf konselor bertemu dengan guru membicarakan siswa-siswa baru.
e.    Mengunjungi kelas.
f.     Memanfaatkan siswa-senior.
3.    Layanan Orientasi Di Luar Sekolah
Cara penyajian orientasi di luar sekolah sangat tergantung pada jenis orientasi yang diperlukan dan siapa yang memerlukannya. Lembaga-lembaga seperti “Badan Penasihat Perkawinan”, “Pusat Rehabilitasi Narapidana”, “Pusat Orientasi Tenaga Kerja”, dll dapat dibentuk dan konselor menjadi tenaga ahli serta penggerak lembaga bantuan khusus di masyarakat.
B.  Layanan Informasi
Ada 3 alasan utama mengapa pemberian informasi perlu diselenggarakan. Pertama, membekali individu dengan berbagai pengetahuan tentang lingkungan yang diperlukan untuk memecahkan masalah yang dihadapi berkenaan dengan lingkungan sekitar, pendidikan, jabatan, maupun sosial-budaya. Kedua, memungkinkan individu dapat menentukan arah hidupnya “ke mana dia ingin pergi”. Ketiga, setiap individu adalah unik. Keunikan itu akan membawakan pola-pola pengambilan keputusan dan bertindak yang berbeda-beda disesuikan dengan aspek-aspek kepribadian masing-masing individu.
1.    Jenis-Jenis Informasi
a.    Informasi pendidikan
b.    Informasi jabatan
c.    Informasi sosial budaya
2.    Metode layanan informasi di sekolah
Pemberian informasi kepada siswa dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti metode ceramah, diskusi panel, wawancara, karyawisata, alat-alat peraga dan alat-alat bantu lainnya, buku panduan, kegiatan sanggar karier, dan sosiodrama.
3.    Layanan Informasi Di Luar Sekolah
Layanan informasi juga banyak diperlukan oleh warga masyrakat di luar sekolah. Jenis-jenis informasi yang diperlukan diantaranya, informasi berkenaan dengan penghidupan yang lebih luas, yaitu perikehidupan beragama, berkeluarga, bekerja, bermasyarakat, dan bernegara dapat merupakan kebutuhan banyak warga masyarakat.
C.  Layanan Penempatan dan Penyaluran
1.    Penempatan dan Penyaluran Siswa di Sekolah
Penempatan dan penyaluran siswa di sekolah berupa: (a) Penempatan siswa di dalam kelas, (b) Penempatan dan penyaluran kedalam kelompok-kelompok belajar, (c) Penempatan dan penyaluran ke dalam kegiatan ko/ekstra kurikuler, (d) Penempatan dan penyaluran ke jurusan/program studi.
2.    Penempatan dan Penyaluran Lulusan
Penempatan dan penyaluran lulusan ada dua yaitu, penempatan dan penyaluran ke dalam pendidikan lanjutan dan penempatan dan penyaluran ke dalam jabatan/pekerjaan. 
D.  Layanan Bimbingan Belajar
Layanan bimbingan belajar dilaksanakan melalui tahap-tahap: (a) pengenalan siswa yang mengalami masalah belajar, (b) pengungkapan sebab-sebab timbulnya masalah belajar, (c) pemberian bantuan pengentasan masalah belajar.
1.     Pengenalan Siswa yang Mengalami Masalah Belajar
Masalah belajar memiliki bentuk yang banyak ragamnya, dapat digolongkan: keterlambatan akademik, ketercepatan dalam belajar, sangat lambat dalam belajar, kurang motivasi dalam belajar, bersikap dan berkebiasaan buruk dalam belajar.
2.    Upaya Membantu Siswa yang Mengalami Masalah Belajar
Beberapa upaya yang dapat dilakukan yaitu: (a) pengajaran perbaikan, (b) kegiatan pengayaan, (c) peningkatan motivasi belajar, (d) pengembangan sikap dan kebiasaan belajar yang efektif.
E.  Layanan Konseling Perorangan
Pada bagian ini konseling dimaksudkan sebagai pelayanan khusus dalam hubungan langsung tatap muka antar konselor dan klien. Dalam hubungan itu masalah klien dicermati dan diupayakan pengentasannya, sedapat-dapatnya dengan kekuatan klien sendiri.
F.   Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok
Bimbingan dan konseling kelompok mengarahkan layanan kepada sekelompok individu. Dengan satu kali kegiatan, layanan kelompok itu memberikan manfaat atau jasa kepada sejumlah orang.
G. Kegiatan Penunjang
Alat dan kelengkapan yang paling handal dimiliki oleh konselor untuk menjalankan tugas-tugas pelayanannya ialah mulut dan berbagai keterampilan komunikasi baik verbal maupun non-verbal.
~ ~ 000 ~ ~

BAB VIII BIMBINGAN DAN KONSELING SEBAGAI PROFESI

A.  Pengertian dan Ciri-ciri Profesi
Berkaitan dengan “profesi” ada beberapa istilah yang hendaknya tidak dicampuradukkan, yaitu profesi, profesional, profesionalisme, profesionalitas, dan profesionalisasi. Suatu jabatan atau pekerjaan disebut profesi apabila ia memiliki syarat-syarat atau ciri-ciri seperti suatu profesi merupakan suatu jabatan/ pekerjaan yang memiliki fungsi dan kebermaknaan sosial yang sangat menentukan.
B.  Pengembangan Profesi Bimbingan dan Konseling
Pengembangan profesi bimbingan dan konseling antara lain melalui (a) standardisasi untuk kerja profesional konselor, (b) standardisasi penyiapan konselor, (c) akreditasi, (d) stratifikasi, (e) pengembangan organisasi profesi.
C.  Perkembangan Gerakan Bimbingan di Indonesia
Pembangunan dan pembaruan di bidang pendidikan tidak hanya berlangsung pada tingkat pendidikan dasar, tetapi juga pada tingkat pendidikan menengah dan perguruan tinggi. Pada 1960 (tepat tanggal 20-24 Agustus 1960) diadakan konferensi fakultas keguruan dan ilmu pendidikan di Malang untuk membantu masalah tersebut. Salah satu hasil dari konferensi itu ialah dimasukkannya ke dalam dunia pendidikan di Indonesia yaitu “bimbingan dan konseling”. Inilah langkah awal perkembangan bimbingan dan konseling di Indonesia.

Senin, 20 Oktober 2014

RESUMAN BUKU DASAR-DASAR BIMBINGAN DAN KONSELING

                      Judul          : Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling 
                      Penulis        : Prof. Dr. H. Prayitno, M.Sc.Ed.
                                 Drs. Erman Amti
                               Penerbit    : Rineka Cipta




BAB I LATAR BELAKANG

A.      Pembangunan dan Perkembangan Masyarakat
Sejak awal kemerdekaannya bangsa & pemerintah Indonesia bertekad untuk menyelenggarakan perjuangan pembangunan menuju bangsa yang cerdas, maju, adil, dan makmur, baik spiritual maupun materiil. Bangsa kita ingin mengejar ketertinggalan yang amat parah yang kita warisi akibat zaman penjajahan yang sangat panjang.
Globalisasi berasal dari kata global yang berarti menyeluruh. Kata global dapat pula dikaitkan dengan globe yang berarti bulatan bumi secara menyeluruh. Globalisasi berarti keadaan yang menyangkut segenap bagian dunia secara menyeluruh.
Globalisasi dan informasi ibarat dua sisi dari satu mata uang. Perkembangan yang semakin deras arus informasi melalui media massa merupakan senjata yang paling ampuh bagi berlangsungnya proses globalisasi.
B.       Manusia: Makhluk Paling Indah dan Berderajat Paling Tinggi
Manusia adalah ciptaan Tuhan yang paling indah dan paling tinggi derajatnya. Keindahan manusia berpangkal pada diri manusia itu sendiri. Diri manusia memang indah, baik fisiknya, maupun dasar-dasar mental dan kemampuannya. Predikat “paling tinggi” mengisyaratkan bahwa tidak ada makhluk lain yang dapat mengatasi dan mengalahkan manusia. Manusialah yang justru diberi kemungkinan untuk mengatasi ataupun menguasai makhluk-makhluk lain.
C.      Dimensi-Dimensi Kemanusiaan
Pertama, antara orang yang satu dengan orang-orang lainnya terdapat berbagai perbedaan yang kadang-kadang bahkan sangat besar.
Kedua, semua orang memerlukan orang lain. Tiada seorang pun memperoleh kehidupan yang menyenangkan & membahagiakan apabila orang tidak pernah berperanan terhadapnya.
Ketiga, kehidupan manusia tidak bersifat acak ataupun sembarangan, tetapi mengikuti aturan-aturan tertentu. Hampir semua kegiatan manusia, baik perseorangan maupun kelompok, mengikuti aturan-aturan tertentu.
Keempat, juga dari sudut tinjauan agama, kehidupan tidak semata-mata kehidupan di dunia fana, melainkan juga menjangkau kehidupan di akhirat.
Keempat gejala mendasar yang diuraikan tersebut merupakan dimensi kemanusiaan.
D.      Manusia Seutuhnya
Manusia seutuhnya itu adalah mereka yang mampu menciptakan dan memperoleh kesenangan & kebahagiaan bagi dirinya sendiri dan bagi lingkungannya.
E.       Perlunya Bimbingan dan Konseling
Pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah di Indonesia sebenarnya telah dirintis sejak tahun 1960-an. Mulai tahun 1975 pelayanan bimbingan konseling telah secara resmi memasuki sekolah-sekolah, yaitu dengan dicantumkannya pelayanan tersebut pada Kurikulum 1975 yang berlaku di sekolah-sekolahseluruh Indonesia, pada jenjang SD, SLTP dan SLTA. Pada Kurikulum 1984 keberadaan bimbingan konseling lebih dimantapkan. Pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah telah diterima dan menjadi suatu pekerjaan yang tugas dan ruang lingkupnya jelas. Mengingat bahwa sumber permasalahan anak-anak, remaja dan pemuda sebagian besar berada diluar sekola, dan mengingat pula bahwa permasalahan yang dialami manusia tidak hanya terdapat disekolah, maka pelayanan bimbingan dan konseling perlu menjangkau daerah-daerah yang lebih luas diluar sekolah. 
~ ~ 0 ~ ~
BAB II WAWASAN TENTANG PEMAHAMAN PENANGANAN DAN PENYIKAPAN TERHADAP KASUS

A.      Tinjauan Awal Tentang Kasus
Dalam bimbingan dan konseling pemakaian kata “kasus” tidak menjurus kepada pengertian-pengertian tentang soal-soal ataupun perkara-perkara yang berkaitan dengan urusan kriminal atau perdata, urusan hukum ataupun polisi, atau urusan yang bersangkut-paut dengan pihak-pihak yang berwajib. Kata “kasus” dalam bimbingan dan konseling sekadar untuk menunjukkan bahwa “ada sesuatu permasalahan tertentu pada diri seseorang yang perlu mendapatkan perhatian dan pemecahan demi kebaikan untuk diri yang bersangkutan”.
B.       Pemahaman Tentang Kasus
Pemahaman yang lebih mendalam terhadap kasus dilakukan untuk mengetahui lebih jauh berbagai seluk-beluk kasus tersebut, tidak hanya sekadar mengerti permasalahannya atas dasar deskripsi yang telah dikemukakan pada awal pengenalan kasus semata-mata.
C.      Penanganan Kasus
1)    Pengenalan awal tentang kasus
2)    Pengembangan ide-ide
3)    Penjelajahan lebih lanjut
4)    Mengusahakan upaya-upaya kasus
D.      Penyikapan Terhadap Kasus
Penyikapan pada umumnya mengandung unsur-unsur kognisi, afeksi, dan perlakuan terhadap objek yang disikapinya. Dengan dilibatkannnya unsur-unsur kognisi, afeksi, dan perlakuan yang mengacu pada hakikat keberadaan manusia sampai dengan pemahaman dan penanganan kasus, agak lengkaplah dasar-dasar penyikapan seseorang terhadap kasus yang dipercayakan kepadanya.
~ ~ 0 ~ ~
BAB III PENGERTIAN BIMBINGAN DAN KONSELING

A.      Pengertian Bimbingan dan Konseling
1.    Pengertian Bimbingan
Bimbiangan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seorang atau beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja, maupun dewasa, agar orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri, dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku.
2.    Pengertian Konseling
Konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli (disebut konselor)kepada individu yang sedang mengalami sesuatu masalah (disebut klien) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi oleh klien.
B.       Istilah Penyuluhan dan Konseling
Penggunaan istilah penyuluhan dalam arti “konseling” dan penyuluhan dalam arti “pembinaan masyarakat” seolah-oleh berlomba dan saling mempertahankan keberadaan masing-masing. Dalam “perlombaan” ini dapat dimengerti bahwa penyuluhan dalam arti yang kedua lebih memperoleh pasaran, dalam arti konseling makin tertinggal dan terkungkung dalam lingkungannya sendiri, khususnya lingkungan sekolah.
C.      Perkembangan Konsepsi Bimbingan dan Konseling
Pada awalnya istilah “bimbingan” berdiri sendiri dan tidak mengandung didalamnya pengertian konseling. Pada periode berikutnya istilah bimbingan dan konseling dipakai secara kebersamaan dan yang satu memuat yang lain. Pada perkembangan lebih lanjut istilah konseling berdiri sendiri dan sekaligus ia memuat pengertian bimbingan.
D.      Tujuan Bimbingan dan Konseling
Tujuan umum bimbingan dan konseling membantu individu agar dapat mencapai perkembangan secara optimal sesuai dengan bakat, kemampuan, minat dan nilai-nilai, serta terpecahkan masalah-masalah yang dihadapi individu (klien). Tujuan khusus bimbingan dan konseling langsung terkait pada arah perkembangan klien dan masalah-masalah yang dihadapi. Tujuan-tujuan khusus itu merupakan penjabaran tujuan-tujuan umum yang dikaitkan pada permasalahan klien, baik yang menyangkut perkembangan maupun kehidupannya.
E.       Asas-asas Bimbingan dan Konseling
1.         Asas kerahasiaan
2.         Asas kesukarelaan
3.         Asas keterbukaan
4.         Asas kekinian
5.         Asas kemandirian
6.         Asas kegiatan
7.         Asas kedinamisan
8.         Asas keterpaduan
9.         Asas kenormatifan
10.     Asas keahlian
11.     Asas alih tangan
12.     Asas tutwuri handayani
F.       Kesalahpahaman dalam Bimbinagn dan Konseling
1.         Bimbingan dan konseling disamakan saja dengan atau dipisahkan sama sekali dari pendidikan.
2.         Konselor di sekolah dianggap sebagai polisi sekolah.
3.         Bimbingan dan konseling dianggap semata-mata sebagai proses pemberian nasihat.
4.         Bimbingan dan konseling dibatasi pada hanya menangani masalah yang bersifat insidental.
5.         Bimbingan dan konseling dibatasi hanya untuk klien-klien tertentu saja.
6.         Bimbingan dan konseling melayani “orang sakit” dan/atau “kurang normal”.
7.         Bimbingan dan konseling bekerja sendiri.
8.         Konselor harus aktif, sedangkan pihak lain pasif.
9.         Menganggap pekerjaan bimbingan dan konseling dapat dilakukan oleh siapa saja.
10.     Pelayanan bimbingan dan konseling berpusat pada keluhan pertama saja.
11.     Menyamakan pekerjaan bimbingan dan konseling dengan pekerjaan dokter atau psikiater.
12.     Menganggap hasil pekerjaan bimbingan dan konseling harus segera dilihat.
13.     Menyamaratakan cara pemecahan masalah bagi semua klien.
14.     Memusatkan usaha bimbingan dan konseling hanya pada penggunaan instrumentasi bimbingan dan konseling (misalnya tes, inventori, angket, dan alat pengungkap lainnya).
15.     Bimbingan dan konseling dibatasi pada hanya menangani masalah-masalah yang ringan saja.
~ ~ 0 ~ ~


BAB IV LANDASAN BIMBINGAN DAN KONSELING

A.      Landasan Filosofis
Pelayanan bimbingan dan konseling meliputi serangkaian kegiatan atau tindakan yang semuanya diharapkan merupakan tindakan yang yang bijaksana. Untuk itu diperlukan pemikiran yang filosofis tentang berbagai hal yang bersangkut-paut dalam pelayanan bimbingan dan konseling.
1.    Hakikat Manusia
Hakikat manusia akan terwujud selama manusia itu ada, dari zaman ke zaman. Namun untuk mengoptimalkan perwujudan kemanusiaan itu, upaya-upaya pendidikan, pembudayaan, dan konseling perlu diselenggarakan.
2.    Tujuan dan Tugas Kehidupan
Tujuan hidup yang dicapai melalui pemenuhan tugas-tugas kehidupan menurut model Witner & Smeeney itu telah memperlihatkan dimensi pokok kehidupan manusia yang memang perlu dikembangkan, terutama dimensi spiritual dan psikologis, sosio-emosional.
B.       Landasan Religius
1.    Manusia Sebagai Makhluk Tuhan
2.    Sikap Keberagamaan
3.    Peranan Agama
C.      Landasan Psikologis
Landasan psokologis dalam bimbingan dan konseling berarti memberikan pemahaman tentang tingkah laku individu yang menjadi sasaran layanan (klien).
Untuk keperluan bimbingan dan konseling sejumlah daerah kajian dalam bidang psikologi perlu dikuasai :
1.    Motif dan motivasi
2.    Pembawaan dasar dan lingkungan
3.    Perkembangan individu
4.    Belajar, balikan dan penguatan
5.    Kepribadian

D.      Landasan Sosial Budaya
Landasan sosial budaya yang mengingatkan bahwa bimbingan dan konseling yang hendak dikembangkan adalah bimbingan untuk seluruh rakyat Indonesia dengan kebhinekaan budayanya.
E.       Landasan Ilmiah dan Teknologis
Landasan ini membicarakan tentang sifat-sifat keilmuan bimbingan dan konseling. Dalam kaitan ini dikemukakan bahwa bimbingan dan konseling adalah suatu ilmu sebagaimana ilmu-ilmu lainnya.
F.       Landasan Pedagosis
Landasan ini mengemukakan bahwa antara pendidikan dan bimbingan memang dapat dibedakan, tetapi tidak dipisahkan. Tujuan bimbingan dan konseling, disamping memperkuat tujuan pendidikan, juga menunjang proses pendidikan pada umumnya.