Senin, 20 Oktober 2014

RESUMAN BUKU DASAR-DASAR BIMBINGAN DAN KONSELING

                      Judul          : Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling 
                      Penulis        : Prof. Dr. H. Prayitno, M.Sc.Ed.
                                 Drs. Erman Amti
                               Penerbit    : Rineka Cipta




BAB I LATAR BELAKANG

A.      Pembangunan dan Perkembangan Masyarakat
Sejak awal kemerdekaannya bangsa & pemerintah Indonesia bertekad untuk menyelenggarakan perjuangan pembangunan menuju bangsa yang cerdas, maju, adil, dan makmur, baik spiritual maupun materiil. Bangsa kita ingin mengejar ketertinggalan yang amat parah yang kita warisi akibat zaman penjajahan yang sangat panjang.
Globalisasi berasal dari kata global yang berarti menyeluruh. Kata global dapat pula dikaitkan dengan globe yang berarti bulatan bumi secara menyeluruh. Globalisasi berarti keadaan yang menyangkut segenap bagian dunia secara menyeluruh.
Globalisasi dan informasi ibarat dua sisi dari satu mata uang. Perkembangan yang semakin deras arus informasi melalui media massa merupakan senjata yang paling ampuh bagi berlangsungnya proses globalisasi.
B.       Manusia: Makhluk Paling Indah dan Berderajat Paling Tinggi
Manusia adalah ciptaan Tuhan yang paling indah dan paling tinggi derajatnya. Keindahan manusia berpangkal pada diri manusia itu sendiri. Diri manusia memang indah, baik fisiknya, maupun dasar-dasar mental dan kemampuannya. Predikat “paling tinggi” mengisyaratkan bahwa tidak ada makhluk lain yang dapat mengatasi dan mengalahkan manusia. Manusialah yang justru diberi kemungkinan untuk mengatasi ataupun menguasai makhluk-makhluk lain.
C.      Dimensi-Dimensi Kemanusiaan
Pertama, antara orang yang satu dengan orang-orang lainnya terdapat berbagai perbedaan yang kadang-kadang bahkan sangat besar.
Kedua, semua orang memerlukan orang lain. Tiada seorang pun memperoleh kehidupan yang menyenangkan & membahagiakan apabila orang tidak pernah berperanan terhadapnya.
Ketiga, kehidupan manusia tidak bersifat acak ataupun sembarangan, tetapi mengikuti aturan-aturan tertentu. Hampir semua kegiatan manusia, baik perseorangan maupun kelompok, mengikuti aturan-aturan tertentu.
Keempat, juga dari sudut tinjauan agama, kehidupan tidak semata-mata kehidupan di dunia fana, melainkan juga menjangkau kehidupan di akhirat.
Keempat gejala mendasar yang diuraikan tersebut merupakan dimensi kemanusiaan.
D.      Manusia Seutuhnya
Manusia seutuhnya itu adalah mereka yang mampu menciptakan dan memperoleh kesenangan & kebahagiaan bagi dirinya sendiri dan bagi lingkungannya.
E.       Perlunya Bimbingan dan Konseling
Pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah di Indonesia sebenarnya telah dirintis sejak tahun 1960-an. Mulai tahun 1975 pelayanan bimbingan konseling telah secara resmi memasuki sekolah-sekolah, yaitu dengan dicantumkannya pelayanan tersebut pada Kurikulum 1975 yang berlaku di sekolah-sekolahseluruh Indonesia, pada jenjang SD, SLTP dan SLTA. Pada Kurikulum 1984 keberadaan bimbingan konseling lebih dimantapkan. Pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah telah diterima dan menjadi suatu pekerjaan yang tugas dan ruang lingkupnya jelas. Mengingat bahwa sumber permasalahan anak-anak, remaja dan pemuda sebagian besar berada diluar sekola, dan mengingat pula bahwa permasalahan yang dialami manusia tidak hanya terdapat disekolah, maka pelayanan bimbingan dan konseling perlu menjangkau daerah-daerah yang lebih luas diluar sekolah. 
~ ~ 0 ~ ~
BAB II WAWASAN TENTANG PEMAHAMAN PENANGANAN DAN PENYIKAPAN TERHADAP KASUS

A.      Tinjauan Awal Tentang Kasus
Dalam bimbingan dan konseling pemakaian kata “kasus” tidak menjurus kepada pengertian-pengertian tentang soal-soal ataupun perkara-perkara yang berkaitan dengan urusan kriminal atau perdata, urusan hukum ataupun polisi, atau urusan yang bersangkut-paut dengan pihak-pihak yang berwajib. Kata “kasus” dalam bimbingan dan konseling sekadar untuk menunjukkan bahwa “ada sesuatu permasalahan tertentu pada diri seseorang yang perlu mendapatkan perhatian dan pemecahan demi kebaikan untuk diri yang bersangkutan”.
B.       Pemahaman Tentang Kasus
Pemahaman yang lebih mendalam terhadap kasus dilakukan untuk mengetahui lebih jauh berbagai seluk-beluk kasus tersebut, tidak hanya sekadar mengerti permasalahannya atas dasar deskripsi yang telah dikemukakan pada awal pengenalan kasus semata-mata.
C.      Penanganan Kasus
1)    Pengenalan awal tentang kasus
2)    Pengembangan ide-ide
3)    Penjelajahan lebih lanjut
4)    Mengusahakan upaya-upaya kasus
D.      Penyikapan Terhadap Kasus
Penyikapan pada umumnya mengandung unsur-unsur kognisi, afeksi, dan perlakuan terhadap objek yang disikapinya. Dengan dilibatkannnya unsur-unsur kognisi, afeksi, dan perlakuan yang mengacu pada hakikat keberadaan manusia sampai dengan pemahaman dan penanganan kasus, agak lengkaplah dasar-dasar penyikapan seseorang terhadap kasus yang dipercayakan kepadanya.
~ ~ 0 ~ ~
BAB III PENGERTIAN BIMBINGAN DAN KONSELING

A.      Pengertian Bimbingan dan Konseling
1.    Pengertian Bimbingan
Bimbiangan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seorang atau beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja, maupun dewasa, agar orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri, dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku.
2.    Pengertian Konseling
Konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli (disebut konselor)kepada individu yang sedang mengalami sesuatu masalah (disebut klien) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi oleh klien.
B.       Istilah Penyuluhan dan Konseling
Penggunaan istilah penyuluhan dalam arti “konseling” dan penyuluhan dalam arti “pembinaan masyarakat” seolah-oleh berlomba dan saling mempertahankan keberadaan masing-masing. Dalam “perlombaan” ini dapat dimengerti bahwa penyuluhan dalam arti yang kedua lebih memperoleh pasaran, dalam arti konseling makin tertinggal dan terkungkung dalam lingkungannya sendiri, khususnya lingkungan sekolah.
C.      Perkembangan Konsepsi Bimbingan dan Konseling
Pada awalnya istilah “bimbingan” berdiri sendiri dan tidak mengandung didalamnya pengertian konseling. Pada periode berikutnya istilah bimbingan dan konseling dipakai secara kebersamaan dan yang satu memuat yang lain. Pada perkembangan lebih lanjut istilah konseling berdiri sendiri dan sekaligus ia memuat pengertian bimbingan.
D.      Tujuan Bimbingan dan Konseling
Tujuan umum bimbingan dan konseling membantu individu agar dapat mencapai perkembangan secara optimal sesuai dengan bakat, kemampuan, minat dan nilai-nilai, serta terpecahkan masalah-masalah yang dihadapi individu (klien). Tujuan khusus bimbingan dan konseling langsung terkait pada arah perkembangan klien dan masalah-masalah yang dihadapi. Tujuan-tujuan khusus itu merupakan penjabaran tujuan-tujuan umum yang dikaitkan pada permasalahan klien, baik yang menyangkut perkembangan maupun kehidupannya.
E.       Asas-asas Bimbingan dan Konseling
1.         Asas kerahasiaan
2.         Asas kesukarelaan
3.         Asas keterbukaan
4.         Asas kekinian
5.         Asas kemandirian
6.         Asas kegiatan
7.         Asas kedinamisan
8.         Asas keterpaduan
9.         Asas kenormatifan
10.     Asas keahlian
11.     Asas alih tangan
12.     Asas tutwuri handayani
F.       Kesalahpahaman dalam Bimbinagn dan Konseling
1.         Bimbingan dan konseling disamakan saja dengan atau dipisahkan sama sekali dari pendidikan.
2.         Konselor di sekolah dianggap sebagai polisi sekolah.
3.         Bimbingan dan konseling dianggap semata-mata sebagai proses pemberian nasihat.
4.         Bimbingan dan konseling dibatasi pada hanya menangani masalah yang bersifat insidental.
5.         Bimbingan dan konseling dibatasi hanya untuk klien-klien tertentu saja.
6.         Bimbingan dan konseling melayani “orang sakit” dan/atau “kurang normal”.
7.         Bimbingan dan konseling bekerja sendiri.
8.         Konselor harus aktif, sedangkan pihak lain pasif.
9.         Menganggap pekerjaan bimbingan dan konseling dapat dilakukan oleh siapa saja.
10.     Pelayanan bimbingan dan konseling berpusat pada keluhan pertama saja.
11.     Menyamakan pekerjaan bimbingan dan konseling dengan pekerjaan dokter atau psikiater.
12.     Menganggap hasil pekerjaan bimbingan dan konseling harus segera dilihat.
13.     Menyamaratakan cara pemecahan masalah bagi semua klien.
14.     Memusatkan usaha bimbingan dan konseling hanya pada penggunaan instrumentasi bimbingan dan konseling (misalnya tes, inventori, angket, dan alat pengungkap lainnya).
15.     Bimbingan dan konseling dibatasi pada hanya menangani masalah-masalah yang ringan saja.
~ ~ 0 ~ ~


BAB IV LANDASAN BIMBINGAN DAN KONSELING

A.      Landasan Filosofis
Pelayanan bimbingan dan konseling meliputi serangkaian kegiatan atau tindakan yang semuanya diharapkan merupakan tindakan yang yang bijaksana. Untuk itu diperlukan pemikiran yang filosofis tentang berbagai hal yang bersangkut-paut dalam pelayanan bimbingan dan konseling.
1.    Hakikat Manusia
Hakikat manusia akan terwujud selama manusia itu ada, dari zaman ke zaman. Namun untuk mengoptimalkan perwujudan kemanusiaan itu, upaya-upaya pendidikan, pembudayaan, dan konseling perlu diselenggarakan.
2.    Tujuan dan Tugas Kehidupan
Tujuan hidup yang dicapai melalui pemenuhan tugas-tugas kehidupan menurut model Witner & Smeeney itu telah memperlihatkan dimensi pokok kehidupan manusia yang memang perlu dikembangkan, terutama dimensi spiritual dan psikologis, sosio-emosional.
B.       Landasan Religius
1.    Manusia Sebagai Makhluk Tuhan
2.    Sikap Keberagamaan
3.    Peranan Agama
C.      Landasan Psikologis
Landasan psokologis dalam bimbingan dan konseling berarti memberikan pemahaman tentang tingkah laku individu yang menjadi sasaran layanan (klien).
Untuk keperluan bimbingan dan konseling sejumlah daerah kajian dalam bidang psikologi perlu dikuasai :
1.    Motif dan motivasi
2.    Pembawaan dasar dan lingkungan
3.    Perkembangan individu
4.    Belajar, balikan dan penguatan
5.    Kepribadian

D.      Landasan Sosial Budaya
Landasan sosial budaya yang mengingatkan bahwa bimbingan dan konseling yang hendak dikembangkan adalah bimbingan untuk seluruh rakyat Indonesia dengan kebhinekaan budayanya.
E.       Landasan Ilmiah dan Teknologis
Landasan ini membicarakan tentang sifat-sifat keilmuan bimbingan dan konseling. Dalam kaitan ini dikemukakan bahwa bimbingan dan konseling adalah suatu ilmu sebagaimana ilmu-ilmu lainnya.
F.       Landasan Pedagosis
Landasan ini mengemukakan bahwa antara pendidikan dan bimbingan memang dapat dibedakan, tetapi tidak dipisahkan. Tujuan bimbingan dan konseling, disamping memperkuat tujuan pendidikan, juga menunjang proses pendidikan pada umumnya.